Lokasi saat ini:BetFoodie Lidah Indonesia > Kabar Kuliner
Menelaah tren "doom spending" Gen Z sebagai motor penggerak ekonomi
BetFoodie Lidah Indonesia2025-11-06 22:54:31【Kabar Kuliner】960 orang sudah membaca
PerkenalanIlustrasi - Belanja kebutuhan hewan peliharaan secara daring. ANTARA/HO-Pet123 Indonesia.fenomena do

fenomena doom spending menuntut adanya kebijakan publik yang proaktif, baik melalui regulasi industri keuangan maupun program literasi yang terarah, agar manfaat konsumsi tetap terjaga tanpa harus mengorbankan stabilitas keuangan generasi mendatang
Jakarta (ANTARA) - Di saat banyak pengamat ekonomi meramalkan kelesuan konsumsi ketika kengakpastian global meningkat, muncul paradoks baru: generasi muda atau Gen Z yang menunjukkan kecenderungan menghabiskan uang lebih, sebuah fenomena yang populer disebut doom spending.
Istilah ini memotret perilaku konsumtif yang lahir dari rasa ngak menentu terhadap masa depan; alih-alih menabung banyak untuk jaminan kelak, sebagian orang memilih "menikmati hari ini" sebagai bentuk pelampiasan, penghiburan, atau pernyataan identitas.
Fenomena itu ngak hanya soal psikologi individu. Dalam skala makro, dorongan pengeluaran ini memberi napas baru pada rantai nilai ekonomi yang menyuntikkan permintaan ke sektor riil, digital, dan kreatif yang sedang tumbuh.
Doom spending adalah perilaku konsumsi berlebihan atau impulsif ketika individu merasa masa depan suram atau penuh kengakpastian. Ini berbeda dari konsumsi normal karena motifnya lebih kuat terkait pelarian emosional, copingterhadap stres, atau mencari kepuasan instan di tengah kecemasan kolektif.
Gen Z sebagai generasi yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an adalah generasi yang paling sering dikaitkan dengan pola ini karena kombinasi beberapa faktor: keterpaparan informasi (seringkali negatif) lewat media sosial; kengakpastian pekerjaan dan karier di era disrupsi; beban biaya hidup di kota besar; serta budaya digital yang memfasilitasi belanja cepat.
Penjelasan ini didukung oleh kajian McKinsey internasional yang menemukan Gen Z lebih rentan melakukan doom spending dibanding kelompok usia yang lebih tua.
Namun demikian, banyak juga Gen Z yang menerapkan strategi finansial kreatif yaitu sebagian mempraktikkan “loud budgeting”, “soft savings”, atau menabung lewat investasi kecil sehingga akhirnya tren doom spending yang terjadi muncul berdampingan dengan literasi baru.
Untuk itu diperlukan penguatan literasi yang memadai mengenai instrumen dan pilihan agar menikmati hari ini tanpa mengorbankan masa depan. Dengan demikian, Gen Z bukan hanya konsumen impulsif yang menambah angka penjualan, tapi mereka bisa menjadi agen perubahan ekonomi yang mendorong inovasi, memperkaya budaya usaha lokal, dan membantu bangsa melewati kengakpastian dengan daya tahan yang lebih baik.
Baca juga: Siasat mengatasi "doom spending" menurut psikolog
1234Tampilkan SemuaSuka(76384)
Artikel Terkait
- Hindari keracunan, kapolri instruksikan pengawasan MBG diperketat
- Pemkot Palu: Penerapan standar MBG solusi hindari keracunan makanan
- Gastrodiplomasi lewat cilok dan seblak
- Mulut bersih, tenggorokan sehat: ini manfaat kumur dengan air garam
- KPKP Jaktim gencarkan edukasi pedagang dan warga soal keamanan pangan
- Pemprov DKI dinilai perlu sediakan fasilitas air minum saat panas
- Kemenperin fasilitasi 19 IKM binaan di TEI 2025, perluas akses pasar
- Temuan baru ketahanan ragi dukung rencana penjelajahan Mars
- Sukseskan MBG, TNI AD pelajari manajemen makanan militer Singapura
- Pemkot Kediri periksa SPPG untuk penerbitan SLHS
Resep Populer
Rekomendasi

Pakar sarankan lima langkah sederhana jaga fokus

Hari Pangan Sedunia, masih ada 673 juta orang tidur kelaparan

Rayakan Hari Pangan Sedunia 2025, dengan kurangi food waste

Hari Pangan Sedunia, bergandengan tangan membangun pangan

Wamenaker sebut Magang Nasional sarana siapkan tenaga kerja terampil

Menemukan Shanghai tempo dulu di Jakarta Pusat

SPPG Margomulyo andalkan pasokan petani dan usaha lokal untuk MBG

Penulis "I Want to Die But I Want to Eat Tteokbokki" meninggal dunia